Jumat, 14 Februari 2014

tugas 5

ANALISIS VOLUMETRI
I.                   TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan.
II.                DASAR TEORI
Analisa volumetri merupakan salah satu metode kuantitatif selain gravimetri, kalorimetri, spektrometri, potensiometri dan metode kuantitatif lainnya. Pada metode volumetri konsentrasi zat dihitung dengan mengukur volume zat-zat yang direaksikan, dimana sejumlah volume zat yang akan ditentukan kadarnya direaksikan dengan sejumlah larutan baku.
Larutan baku (larutan standar) adalah larutan yang kadarnya telah diketahui dengan teliti dan dipakai sebagai larutan pembanding untuk menghitung kadar larutan lain. Ada dua jenis larutan baku, yaitu:
1.         Larutan baku primer, yaitu larutan baku yang sudah diketahui kadarnya dengan teliti
2.         Larutan baku sekunder, yaitu larutan baku yang kadarnya distandarisasi dengan larutan baku primer
Pada analisa volumetri, tercapainya titik ekivalen harus dapat dilihat dengan jelas, baik melalui zat yang dihasilkan oleh zat-zat bereaksi atau dengaan zat lain yang sengaja ditambahkan (indikator). Perubahan ini dapat berupa pembentukan endapan atau perubahan warna. Titik pada saat terjadinya perubahan warna indikator titik akhir titrasi. Pada titrasi yang ideal, titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen, tetapi dalam praktiknya keadaan ini hampir tidak pernah terjadi. Namun, untuk keperluan latihan atau penelitian yang tidak memerlukan tingkat ketelitian tinggi kedua titik itu dapat disamakan. Larutan penitrasi disebut titran dan larutan yang dititrasi disebut titrat.
Titrasi Asidi-Alkalimetri
Dasar titrasi asidi-alkalimetri atau titrasi asam-basa adalah reaksi netralisasi yaitu ion H+ dari asam dengan ion OH- dari basa membentuk molekul air. Larutan basa dalam air akan terionisasi memberikan ion hidroksida, sedangkan larutan asam akan terionisasi memberikan ion hidrogen yang kemudian akan bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium (H3O+).
Ionisasi asam :                     HCl  à  H+ + Cl-
                                            H2O à  H+ + OH-
                                      ________________________________
                                            HCl + H2à  H3O+ + Cl-
Ionisasi basa :                      NaOH  à Na+ + OH-
Reaksi asam dengan basa : HCl + NaOH à  Na+ + Cl- + 2H2O
Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan di dalam buret dan larutan ini disebut sebagai larutan standar atau titran atau titrator, sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan di Erlenmeyer dan larutan ini disebut sebagai titrat.
Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan dimana titran bereaksi secara equivalen dengan analit, artinya semua titran habis bereaksi dengan analit keadaan ini disebut sebagai titik equivalen.
Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator asam-basa, yang umumnya merupakan senyawa organik yang bersifat asam atau basa lemah dan dalam larutan mengalami ionisasi sebagai berikut:
                                            HIn          à        H+ + In-
                                   (bentuk asam)           (bentuk basa)
Konsentrasi ion H3O+ yang ada dalam larutan sangat mempengaruhi warna indikator. Bila konsentrasi ion hidronium bertambah maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri, sehingga indikatornya mempunyai bentuk asam. Begitu pula sebaliknya.
Perhitungan titrasi didasarkan pada rumus:
V . N titran = V . N titrat
Dimana V adalah volume dan N adalah normalitas. Kita tidak menggunakan molaritas (M) disebabkan dalam keadaan reaksi yang telah berjalan sempurna (reagen sama-sama habis bereaksi) yang sama adalah mol-equivalen bukan mol. Mol-equivalen dihasilkan dari perkalian normalitas dengan volume.
1 Alat Bahan dan fungsi
  Sampel ( Cuka )
Fungsi : Sebagai zat yang akan diidentifikasi kadar asam asetatnya.
Sifat fisika :
1.Rumus molekul : CH3COOH
2.Massa molar : 60.05 g/mol
3.Densitas dan fase : 1.049 g cm−3, cairan
1.266 g cm−3, padatan
4.Titik lebur : 16.5 °C (289.6 ± 0.5 K) (61.6 °F)[1]
5.Titik didih : 118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F)[1]
6.Penampilan : Cairan higroskopis tak berwarna.
Sifat kimia :
1.Melarut dengan mudah dalam air
2.Bersifat higroskopik dan korosif
3.Asam asetat merupakan asam lemah.
4.Asam asetat merupakan monobasic.
5.Asam asetat merubah latmus biru menjadi merah.
6.Asam asetat membebaskan CO2 dari karbonat.
7.Asam asetat menyerang logam yang melibatkan hidrogen.
(anonim, 2009)
Natrium Hidroksida
Fungsi : Sebagai larutan standar untuk mentritrasi asam cuka. (titran)
Sifat Fisika :
1.Rumus molekul : NaOH
2.Densitas dan fase : 2.100 g cm−3, cairan
3.Titik lebur : 318 °C
4.Titik didih : 1390 °C
5.Penampilan : Cairan higroskopis tak berwarna.
Sifat kimia :
1.NaOH sangat mudah menyerap gas CO2
2.Senyawa ini sangat mudah larut dalam air
3.Merupakan larutan basa kuat
4.Sangat korosif terhadap jaringan Organik
5.Tidak Berbau
(mulyono, 2008)
  Indikator Phenolphtalein (PP)
Fungsi : Sebagai indikator yang menunjukkan titik akhir titrasi (titik ekivalen)
Sifat Fisika :
1.Rumus molekul : C20H14O4
2.Penampilan : Padatan Kristal tak berwarna
3.Massa jenis : 1,227
4.Berbentuk larutan
5.Merupakan asam lemah
6.Larut dalam air
Sifat kimia :
1.Trayek pH 8,2 – 10
2.Merupakan indikator dalam analisa kimia
3.Tidak dapat bereaksi dengan larutan yang direaksikan, hanya sebagai indikator
4.Larut dalam 95% etil alkohol
5.Asam dwiprotik
6.Tidak berwarna saat asam
7.Berwarna merah rosa saat basa
(mulyono, 2009)
  Aquades (air)
Fungsi Aquades : Sebagai pelarut kristal NaOH
Sifat fisika Air :
1.Rumus molekul : H2O
2.Massa molar : 18.0153 g/mol
3.Densitas dan fase : 0.998 g/cm³, cairan
a.0.92 g/cm³, padatan
4.Titik lebur : 0 °C (273.15 K) (32 ºF)
5.Titik didih : 100 °C (373.15 K) (212 ºF)
6.Penampilan : Cairan tak Berwarna, Tidak berbau
(mulyono, 2009)
Sifat Kimia Air :
1.Pelarut yang baik
2.Memiliki pH 7 (netral)
3.Bukan merupakan zat pengoksidasi kuat.
4.Lebih bersifat reduktor daripada oksidator.
5.Reaksi oksidasi dari air sendiri dapat terjadi jika direaksikan dengan logam alkali atau alkali tanah.
Ca + 2 H2O Ca2+ + 2 OH- + H2
(anonim, 2009)

Alat dan fungsi
1. Pipet tetes
Fungsi : Untuk mengambil indikator dan memasukkannya ke dalam Erlenmeyer
2. Erlenmeyer
Fungsi : Sebagai wadah zat yang akan dititrasi.
3. Statif dan klem
Fungsi : Sebagai penyanggah berdirinya buret.
4. Buret
Fungsi : Sebagai wadah pentiter.
5. Beaker Glass
Fungsi : Sebagai tempat / wadah campuran zat diaduk.
6. Corong
Fungsi : Untuk memasukkan larutan standar ke dalam buret. Maupun kedalam Erlenmeyer
7.Batang Pengaduk
Fungsi : Untuk mengaduk dua zat yang dicampur agar terjadi larutan yang homogen.

PROSEDUR PERCOBAAN

Prosedur
  Penyiapan Larutan NaOH 0.6 N
Cuci dan bilas botol 500 ml
Bila larutan ini akan disimpan dalam waktu yang lama, sediakan botol plastik, sebab larutan NaOH pasti akan bereaksi dengan wadah kaca, walaupun perlahan.
Timbang 2,0 gram NaOH, larutkan kedalam beaker glass 500 ml yang berisi aquades, kocok sampai larut.
  Menentukan Kadar Asam Asetat dalam Cuka
Sampel dimasukkan sebanyak 25 ml kedalam Erlenmeyer
Tambahkan 4 tetes Phenolpthalein kedalam sampel tersebut
Titrasi dengan menggunakan larutan NaOH, sampai terjadi perubahan warna indikator menjadi Merah Rosa yang stabil.
Catat volume NaOH yang terpakai.
Lakukan prosedur diatas secara duplo, hitung kadar asam asetat yang diperoleh.
Lakukan prosedur diatas terhadap sampel I dan sampel II


HASIL DAN PEMBAHASAN



  Hasil Percobaan
Penyiapan Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,6 N
Berat kristal NaOH
9,6 gr
Volume pelarut
400 ml
Konsentrasi As. Oksalat
0.6 N


Tabel Perhitungan Kadar Asam Asetat
No
V CH3COOH
V NaOH
Konsentrasi CH3COOH
Kadar CH3COOH
PH
1
25 ml
53,5 ml
1,27 M
7,2 %
9,17
2
25 ml
52,5 ml
1,27 M
7,2 %
9,17


Tabel  Perhitungan Kadar Sampel I
NO
Vol. sampel 1
Vol. NaOH
Konsentrasi sampel 1
Kadar sampel 1
PH
1.
25 ml
43 ml
1,074 M
6,08 %
9,16
2.
25 ml
46,5 ml
1,074 M
6,80 %
9,16









Tabel  Perhitungan Kadar Asam Asetat
NO
Vol. sampel 2
Vol. NaOH
Konsentrasi sampel 2
Kadar sampel 2
PH
1.
25 ml
56,3 ml
1,36 M
7,7 %
9,18
2.
25 ml
57,2 ml
1,36M
7,7%
9,18


  PEMBAHASAN
Prinsip titrasi asidi alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif terhadap suatu senyawa dengan cara mereaksikannya dengan suatu larutan baku yang sudah diketahui konsentrasinya dengan tepat. Dalam percobaan ini, sampel yang dianalisis adalah asam cuka CH3COOH yang kadarnya dapat ditentukan melalui metode titrasi dengan larutan baku NaOH. Cuka dapur yang digunakan sebagai sampel dengan merek: Cap bintang
Kurva perubahan pH asam Asetat terhadap tiap penambahan 10 ml larutan NaOh

Pada percobaan, dari hasil titrasi didapat kadar cuka yang terdapat dalam sampel adalah sebesar 7,2 %, 6,8 % dan 7,7 % sedangkan dalam label cuka sampel tertulis kadar cuka tersebut sebesar 5 %. Hal ini terjadi disebabkan beberapa faktor diantaranya:
1.Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi.
2.Kurang tepatnya pada saat pembuatan larutan NaOH, seperti pada saat penimbangan.
3.Terjadi perubahan skala buret yang tidak konstan.
4.Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator



KESIMPULAN

Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan Penentuan Asam Asetat dengan Titrasi Asidi-Alkalimetri maka praktikan dapat menarik kesim
pulan yaitu :
1. Dari percobaan didapat kadar asam cuka sebesar 7,2 %, 6,8 % dan 7,7 %. Sedangkan dalam teori kadar asam cuka sebesar 5 %.
2. Reaksi yang ada pada titrasi ini adalah reaksi netralisasi yaitu reaksi antara asam dengan basa untuk mencapai titik ekivalen.
3. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai adalah phenolphthalein.
4. Metode titrasi asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar zat yang bersifat asam ataupun basa dalam sampel.
5. Larutan baku yang digunakan dalam titrasi asidi-alkalimetri adalah asam kuat ataupun basa kuat yang telah diketahui konsentrasinya secara tepat.
6. Pada titrasi asam lemah dan basa kuat, pH larutan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya volume larutan dari basa kuat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar